11 Maret 2011

Menentukan Pilihan Yang Benar

Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu.

Wilma Rudolph, pemenang tiga medali emas dalam Olympiade tahun 1960 ini penah dikenal di lapangan lari sebagai wanita pelari tercepat di dunia. Namun tahukah Anda bahwa ia pernah di vonis oleh dokter bahwa ia tidak akan pernah bisa berjalan lagi? Wilma adalah anak ke dua puluh dari 22 anak. Wilma dilahirkan dalam keadaan premature dalam sebuah keluarga miskin, dan ia tidak diijinkan menerima perawatan di rumah sakit kulit putih setempat.

Ia pernah berkata, “Para dokter mengatakan kepada saya bahwa saya tidak akan pernah berjalan lagi, tapi ibu saya mengatakan bahwa saya akan berjalan, jadi saya percaya pada ibu saya.” Wilma tepat memilih siapa yang bisa ia percayai. Selama beberapa tahun berikutnya, ibunya merawatnya dari banyak penyakit. Saat ia menderita polio, ibunya membawa dia dua kali seminggu selama dua tahun ke fasilitas medis yang mau merawatnya, pada hal jaraknya hampir delapan puluh setengah kilometer dari tempat tinggal mereka. Namun pilihan Wilma untuk percaya pada ibunya tidak sia-sia, terbukti ia bukan hanya bisa berjalan bahkan menjadi juara lari Olimpiade.

Seperti Wilma, setiap hari kita diperhadapkan pada pilihan untuk mempercayai apa yang dikatakan orang-orang di sekitar kita atau mempercayai Tuhan. Seperti Tuhan memperhadapkan pilihan pada bangsa Israel, Tuhan pun berharap agar kita memilih mempercayai Dia, memilih kehidupan supaya kita memperoleh kehidupan kekal itu dan juga segala kelimpahan yang Tuhan telah sediakan sebagai bonusnya. Namun semua itu kembali kepada setiap pribadi kita, apakah kita memilih kehidupan atau kematian? Tentukan pilihan Anda.

Pilihan-pilihan yang kita buat hari ini, akan menentukan kehidupan kita selanjutnya. Pastikan Anda membuat pilihan yang benar.

Thanks to Loran Napitupulu
»»  Silakan baca kelanjutannya

04 Februari 2011

MASALAH adalah Kunci Menuju Kesuksesan

Ikan Salmon akan lebih lezat dinikmati jika masih dalam keadaan hidup. Itu sebabnya para nelayan selalu memasukkan salmon tangkapan mereka ke suatu kolam buatan agar dalam perjalanan, salmon-salmon tersebut tetap hidup .

Kenyataannya, banyak yg mati di kolam buatan tersebut.

Bagaimana menyiasatinya ?

Para nelayan memasukkan seekor hiu kecil di kolam tersebut.
Ajaib!!! Hiu kecil tersebut "Memaksa" salmon-salmon itu terus bergerak agar tidak dimangsa. Akhirnya, jumlah salmon yg mati menjadi semakin sedikit.

Diam menyebabkan kematian! Bergerak membuat hidup! Itulah realita kehidupan...

Apa yg menyebabkan kita diam?
Saat tidak ada masalah dan berada dalam kondisi "comfort zone" (zona nyaman).

Kondisi seperti ini, sering membuat kita terlena sehingga tidak sadar bahwa kita telah mati. Ironis, bukan?

Apa yg membuat kita terus bergerak?
Masalah atau tekanan hidup. Begitu masalah timbul, spontanitas naluri kita bereaksi untuk mengatasinya. Di kondisi ini, kita jadi kreatif dan potensi diri berkembang secara luar biasa.

Kita "hanya" akan bisa belajar banyak jika permasalahan muncul.

Rekan-rekan salesman ingatlah!

  1. Masalah bukanlah masalah jika tidak dipermasalahkan.
  2. Masalah bukanlah masalah tapi cara kita memandangnya itulah masalah yg sebenarnya.
  3. Masalah ada bukan untuk melemahkan kita tapi justru untuk mendewasakan & menguatkan kita.
  4. Masalah itu seperti api yg memanaskan emas, semakin panas apinya semakin murni emasnya.
  5. Masalah adalah salah satu bukti bahwa kita hidup karena hanya orang yg mati yg tidak punya masalah.
  6. Masalah adalah jalan utama menuju kebijaksanaan karena kebijaksanaan tidak akan terbukti tanpa masalah.
  7. Masalah merupakan jalan tercepat menuju kesuksesan.
  8. Masalah merupakan guru terbaik yg pernah ada dalam kehidupan.
  9. Masalah itu ibarat sebuah pertandingan, kita harus memenangkannya sebelum mendapatkan hadiahnya.
  10. Masalah adalah salah satu sarana untuk menguji potensi diri kita.

Jadi, jangan takut jika kita menemui masalah, entah karena omzet sedang menurun drastis atau ketika sedang ada tekanan target dari atasan. Hadapilah masalah dan jangan lari...

Syukurilah atas permasalahan yg timbul!

Semua permasalahan harus disikapi dan dihadapi dengan cinta kasih, sabar dan bijak.



Thanks to Loren Napitupulu
»»  Silakan baca kelanjutannya

24 Agustus 2009

Menjual Sisir Kepada Biksu

Simak pertanyaan ini...

Jika perusahaan dimana anda bekerja, adalah sebuah perusahaan pembuat SISIR, dan kebetulan anda kebagian tugas untuk menjual sisir pada para biksu di wihara (yang semua kepalanya gundul). Bisakah anda melakukannya ? Apa jawaban anda ?
  1. Tidak mungkin, itu mustahil
  2. Ini Gila !!!
  3. Aku akan sekali mencoba untuk melaksanakan instruksi bos saya
  4. Baiklah, saya akan coba
  5. Ya, saya pikir bisa menjualnya (5 buah, 10 buah, 50 buah atau lebih, sebutkanlah jumlahnya)
Pilih satu jawaban dan baca tulisan di bawah untuk meilhat apakah anda termasuk orang yang berjiwa sukses atau tidak.


Kemudian, coba simak juga cerita di bawah ini...
Ada sebuah perusahaan pembuat sisir yang ingin mengembangkan bisnisnya, sehingga management ingin merekrut seorang sales manager yang baru.

Perusahaan itu memasang IKLAN pada surat kabar. Tiap hari banyak orang yang datang mengikuti wawancara yang diadakan... jika ditotal jumlahnya hampir seratus orang hanya dalam beberapa hari.

Kini, perusahaan itu menghadapi masalah untuk menemukan calon yang tepat di posisi tersebut. Sehingga si pewawancara membuat sebuah tugas yang sangat sulit untuk setiap orang yang akan mengikuti wawancara terakhir.




Tugasnya adalah : Menjual sisir pada para biksu di wihara.
Hanya ada 3 calon yang bertahan untuk mencoba tantangan di wawancara terakhir ini. (Mr. A, Mr. B, Mr. C)

Pimpinan pewawancara memberi tugas :
"Sekarang saya ingin anda bertiga menjual sisir dari kayu ini kepada para biksu di wihara. Anda semua hanya diberi waktu 10 hari dan harus kembali untuk memberikan laporan setelah itu."

Setelah 10 hari, mereka memberikan laporan.

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. A :
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. A menjawab, "Hanya SATU."
Si pewawancara bertanya lagi, "Bagaimana caranya anda menjual?"
Mr. A menjawab, "Para biksu di wihara itu marah-marah saat saya menunjukkan sisir pada mereka. Tapi saat saya berjalan menuruni bukit, saya berjumpa dengan seorang biksu muda... dan dia membeli sisir itu untuk menggaruk kepalanya yang ketombean."

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. B.
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. B menjawab, "SEPULUH buah."
"Saya pergi ke sebuah wihara dan memperhatikan banyak peziarah yang rambutnya acak-acakan karena angin kencang yang bertiup di luar wihara. Biksu di dalam wihara itu mendengar saran saya dan membeli 10 sisir untuk para peziarah agar mereka menunjukkan rasa hormat pada patung sang Buddha."

Kemudian, Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. C.
"Bagaimana dengan anda?"
Mr. B menjawab, "SERIBU buah!"
Si pewawancara dan dua orang pelamar yang lain terheran-heran.
Si pewawancara bertanya, "Bagaimana anda bisa melakukan hal itu?"
Mr. C menjawab, "Saya pergi ke sebuah wihara terkenal. Setelah melakukan pengamatan beberapa hari, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke sana . Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan wihara, 'Sifu, saya melihat banyak peziarah yang datang ke sini. Jika sifu bisa memberi mereka sebuah cindera mata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka.' Saya bilang padanya bahwa saya punya banyak sisir dan memintanya untuk membubuhkan tanda tangan pada setiap sisir sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di wihara itu. Biksu pimpinan wihara itu sangat senang dan langsung memesan 1,000 buah sisir!"


MORAL DARI CERITA
Universitas Harvard telah melakukan riset, dengan hasil :
  • 85% kesuksesan itu adalah karena SIKAP dan 15% adalah karena kemampuan.
  • SIKAP itu lebih penting dari kepandaian, keahlian khusus dan keberuntungan.
Dengan kata lain, pengetahuan profesional hanya menyumbang 15% dari sebuah kesuksesan seseorang dan 85% adalah pemberdayaan diri, hubungan sosial dan adaptasi. Kesuksesan dan kegagalan bergantung pada bagaimana sikap kita menghadapi masalah.

Dalai Lama biasa berkata, "Jika anda hanya punya sebuah pelayaran yang lancar dalam hidup, maka anda akan lemah. Lingkungan yang keras membantu untuk membentuk pribadi anda, sehingga anda memiliki nyali untuk menyelesaikan semua masalah."

"Anda mungkin bertanya mengapa kita selalu berpegah teguh pada harapan. Ini karena harapan adalah hal yang membuat kita bisa terus melangkah dengan mantap, berdiri teguh – dimana pengharapan hanyalah sebuah awal. Sedangkan segala sesuatu yang tidak diharapkan... adalah hal yang akan mengubah hidup kita."

Ingatlah, saat keadaan ekonomi baik, banyak orang jatuh bangkrut. Tapi saat keadaan ekonomi buruk, banyak jutawan baru baru yang bermunculan. Jadi, dengan sepenuh hati terapkanlah SIKAP kerja yang benar 85%. Semoga sukses !
»»  Silakan baca kelanjutannya

26 Juli 2009

Database

Dalam dunia sales, database adalah catatan penting mengenai segala hal yang berhubungan dengan customer; Kartu nama customer, data diri customer, data omzet customer sampai segala sesuatu yang bersifat pribadi seperti tanggal ulang tahun, hobby dan makanan kesukaan customer yang bersangkutan.

Banyak salesman yang menyadari manfaat sebuah database. Padahal database ini sangat penting untuk menunjang sebuah keberhasilan.

Salesman yang baik tentu memiliki catatan khusus di mana dia merekam semua data penting, kegiatan dan pencapaian yang telah dia lakukan. Karena dari catatan-catatan itulah, dia bisa memanfaatkan data yang telah ada dan melanjutkan usahanya ke tahap berikutnya. Keberhasilan dalam melakukan penjualan dan transaksi, pasti tidak jauh sumbernya dari database ini.

Dalam teori manajemen modern, database termasuk dalam kategori aset penting sebuah perusahaan. Bahkan sejumlah perusahaan berani membeli database perusahaan lain dengan harga mahal. Semua bisnis bergantung pada database. Awal dan akhir bisnis adalah database.

Seorang salesman sebaiknya minimal memiliki satu database yang berisi nama-nama klien. Apa saja yang ada dalam database? Tentu saja tidak cukup dengan hanya memiliki nama dan nomor telepon customer. Mungkin meliputi pekerjaan, hobi, keluarga, hari-hari penting, impian-impian dan ketidaksukaannya pada sesuatu.

Database akan memberikan manfaat maksimal jika berisi data lengkap. Jadi mulai sekarang, buatlah database selengkap mungkin dan peliharalah yang sudah ada.
»»  Silakan baca kelanjutannya

23 Juli 2009

Menjadi Pendengar Yang Baik

Semua salesman pasti mau menjadi penjual jempolan yang selalu sukses dengan transaksi penjualan dan mendapatkan komisi yang besar. Rahasia sukses terbesar bagi seorang salesman ternyata sangat sederhana. Sangat sederhana sehingga sering disepelekan oleh kebanyakan salesman.

Mau menjadi pendengar yang baik. Ya, itulah kunci utamanya, Tanpa kemauan dan kemampuan menjadi pendengar yang baik, dijamin seseorang tidak akan menjadi salesman yang baik. Salesman yang tidak mau mendengar dan mengabaikan kemampuan ini, sebaliknya akan menjadi bawel dan mungkin aja akan dibenci konsumen.

Calon pembeli sebenarnya tidak butuh penjual yang pintar "ngecap". Mereka perlu pendengar yang baik, yang bersedia mengikuti apa kemauan mereka. Sayang kebanyakan salesman justru melakukan sebaliknya, mereka lebih banyak bicara ketimbang mendengarkan.

"Salesman yang hebat adalah yang jago bicara..." Pendapat tersebut salah mutlak. Justru salesman yang hebat adalah salesman yang lebih banyak mendengar keinginan konsumen.

Pintar bicara kadang bermanfaat, tetapi sering juga menjadi bencana. Banyak konsumen yang menjadi antipati terhadap salesman yang banyak bicara dan mengobral kata. Ingat kalimat bijak ini: "makin banyak bicara, makin banyak pula kemungkinan salah ucap"

Hal terbaik adalah menjadi pendengar yang hebat. Setelah semua informasi didapat, baru boleh banyak bicara. Sehingga apa yang kita bicarakan bisa dipertanggung-jawabkan. Konsumenpun akan menerima, karena apa yang kita bicarakan sesuai dengan kemauan mereka.

Mau menjadi salesman yang selalu sukses menjual, jadilah pendengar yang baik.
»»  Silakan baca kelanjutannya

04 Mei 2009

LONG TAIL, Sebuah Trend Baru Dalam Dunia Marketing

Publikasi ulang dari Blog Fanda

Pada tahun 2006 terbit sebuah buku yang mengangkat sebuah fenomena baru dalam dunia bisnis. Chris Anderson dengan cara memikat membuka wawasan kita akan masa depan dunia ini. Dunia di mana pilihan tak terbatas akan menciptakan permintaan tak terbatas. Buku ini diterbitkan di Indonesia tahun 2007, dan inilah tinjauanku atas pemikiran dan teori Long Tail ini, dan bagaimana teori ini akan membantu hidup dan bisnis kita.

-----

Long Tail atau ekor panjang sejatinya adalah gambaran sebuah kurva pada grafik penjualan suatu produk. Lihat gambar di bawah ini:



Area berwarna merah (kita sebut sebagai kepala) menunjukkan popularitas, sedang area berwarna orange (yang disebut ekor) menunjukkan produk atau omzet. Jadi, bila diterjemahkan, Chris Anderson memandang tendensi bisnis saat ini adalah semakin tinggi popularitas sebuah produk, semakin kecil omzetnya. Sedangkan semakin rendah popularitasnya, semakin besar omzetnya. Bahkan, kalau kita cermati, ujung area orange membentuk panah ke arah timur, yang menggambarkan bahwa di dasar popularitas, terdapat pasar yang tak terbatas. “Apa??”

Anda mungkin terkejut dan tidak setuju dengan teori itu. Kita sudah terbiasa dicekoki oleh ‘the best’ atau ‘hit’ dalam hidup kita. Anda sering mendengarkan radio? Banyak radio yang menayangkan tangga lagu setiap malam Minggu, begitu juga MTV. Artinya, yang disanjung-sanjung adalah selalu ‘the best’, the best movie, the best music, dan the best-the best lainnya. Anda pernah belanja buku atau download musik online? Di situs-nya pasti ada the best, best seller atau top sekian...(ten to one hundred). Dan dapat dibayangkan pasti yang masuk di daftar best seller itu meraup untung yang banyak dari omzet yang besar. Maka popularitas dianalogikan dengan keuntungan, siapa yang paling populer, dialah yang berkuasa. Sampai...Chris Anderson datang membawa idenya yang akan mengubah pandangan anda!

Anda pasti kenal Michael Jackson. Albumnya masuk dalam top 50 penjualan musik di seluruh dunia. Namun, lihat saja di abad 21 ini, berapa orang yang mendownload lagu-lagunya dalam satu bulan terakhir misalnya. Lihat juga pergeseran hiburan bagi kita yang hidup di jaman ini. Penonton jaringan televisi merosot karena banyak yang pindah ke saluran-saluran kabel bertema khusus. Penonton televisi juga mulai lebih suka memelototi internet maupun video games ketimbang acara TV. Jadi, meski fenomena hit masih tetap ada, rating mereka terus turun. Lalu, kemana perginya mantan customer setia itu? Tidak kemana-mana, melainkan terbagi-bagi ke banyak pasar kecil khusus (niche market) yang lebih sesuai dengan selera mereka dan jumlahnya buanyaaaaak...

Dulu kita hanya mempunyai beberapa surat kabar di kota kita dan malahan hanya satu saluran televisi (TVRI) sebelum akhirnya banyak TV swasta yang berkiprah. Sehingga berita yang diterima oleh semua orang sama: yaitu yang disiarkan TV atau dicetak di koran itu. Kalau ada yang bertanya siapa penyanyi favoritmu? Pasti jawabannya adalah penyanyi yang kita tahu karena memang sudah terkenal. Tapi lihatlah apa yang terjadi sekarang!

Anda mungkin sudah familiar dengan iPod. Coba bandingkan isi iPod anda dengan teman-teman, isinya pasti akan sangat beragam. Mungkin malah ada lagu-lagu yang tak pernah anda dengar sebelumnya. Itulah pasar kecil khusus atau niche market.

Terima kasih pada internet, dunia maya yang memberikan pilihan yang tak terbatas pada kita. Niche market yang pada jaman dulu pasti tak akan terlihat, tertutup bayang-bayang para penguasa best seller, kini dapat menemukan dan ditemukan penggemarnya lewat Google dan search engine lainnya. Tapi, bukankah niche market itu jumlahnya kecil sekali? Bagaimana bisa sebuah bisnis hanya mengandalkan niche market? Begitu pula pikirku ketika aku pertama kali berkenalan dengan internet marketing (baik adsense maupun affiliate marketing). Apa akan ada yang mengklik iklan adsense-ku? Atau membeli produk affiliate-ku? Atau bahkan berapa orang yang akan masuk ke website nicheku? Padahal aturan bisnis yang aku ketahui sampai saat itu adalah gelutilah bisnis yang paling banyak dibutuhkan orang, misalnya: makanan. Kan semua orang pasti butuh makan? Makanya bisnis ini kagak ada matinya. Kata siapa?? Banyak resto yang tutup padahal makanannya lumayan enak.

Jadi, kalau bisnis yang pasarnya luas aja bisa bangkrut, apalagi kalau di niche market? Chris Anderson memperkenalkan pada kita yang disebutnya dengan ‘Aturan 98%”. Yaitu hasil pengamatan sebuah perusahaan pembuat digital jukebox. Dari 10.000 album yang tersedia, ada berapa persen yang terjual paling tidak 1 track per triwulan? Kalau di dunia nyata, separo dari 10.000 buku terlaris tidak terjual satupun per triwulan. Sedang di digital jukebox? Siap-siaplah untuk kaget: 98% !! Setelah riset yang panjang, Chris pun memperkenalkan fenomena the Long Tail, si ekor panjang. Karena, ternyata justru produk yang sangat-sangat niche dan jumlahnya sangat banyak itu tetap diminati banyak orang, sehingga kurva itu seolah tanpa akhir. Setiap kali si digital jukebox menambah koleksinya, selalu akan ada penjualan. Jadi, tidak diketahui kan kapan berakhirnya?

Apa penyebab fenomena ini?

Tak lain karena pergeseran budaya. Baik yang menyangkut permintaan: manusia modern yang tak mau lagi didikte. Didikte oleh penjual, oleh selera pasar. Kita semua ingin tampil beda kan? Juga yang menyangkut produksi. Dengan adanya bytes dalam dunia digital dan internet, juga fenomena open source (lihat review buku Wikinomics), ongkos produksi dan distribusi menjadi semakin murah sehingga segala sesuatu menjadi tersedia bagi semua orang. Dengan bantuan Google, kita dapat mencari apapun yang kita butuhkan, berita, makanan, tempat wisata, kursi di pesawat, sampai jodoh...

Bagi penggemar buku, mungkin pernah mendengar tentang print-on-demand, yakni pencetakan buku yang bukan dengan cara massal seperti yang selama ini ada, tetapi sebuah naskah baru akan dicetak begitu ada permintaan (aku sudah pernah membeli buku yang model begini, yakni Old Surehand). Mungkin cara ini masih terbilang mahal, namun potensinya sangat besar untuk menggeser industri percetakan (buku Old Surehand kubeli dengan harga 60.000, bukan harga yang terlalu mahal dibanding buku-buku best seller di toko buku offline!).

Efisiensi produksi itu bukan hanya memperpanjang ekor si Long Tail, tapi juga akan memperbaiki iklim bisnis di area kepala. Lalu bagaimana sebenarnya mekanisme Long Tail itu dapat bertahan? Unsur pertama adalah produksi (yang sudah diulas di atas), kedua: distribusi, dan yang ketiga dan terpenting adalah unsur word of mouth, yang memungkinkan orang menemukan apa yang mereka inginkan di tengah keragaman yang luarbiasa berlimpah itu.

Mungkin kita ini tidak menyadari bahwa kita sedang berada pada titik perubahan besar dalam era manusia. Kita sedang meninggalkan Jaman Informasi untuk memasuki Jaman Rekomendasi. Apa itu Jaman Rekomendasi? Di jaman ini informasi begitu mudah didapat, namun yang sulit adalah untuk membuat keputusan di tengah banjir informasi itu. Nah, rekomendasi-lah jalan pintas menembus hutan informasi itu. Pernahkah anda membeli barang atau sekedar ‘window shopping’ di Amazon??

Bagaimana kultur para pengguna Amazon? Sebelum membeli mereka akan mempelajari fitur produk itu, lalu melihat berapa banyak pengguna lain yang telah memakai produk itu, apa kata mereka tentang produk itu, puas atau tidak. Pada akhirnya, rekomendasi pemakai lainlah yang punya pengaruh besar pada keputusan membeli. Coba kalau kita melihat barang yang belum pernah direkomendasi orang sama sekali. Pasti kita akan berpikir, wah, kok tidak ada yang merekomendasi ya? Jangan-jangan produknya jelek?. Nah, jelas kan apa itu Jaman Rekomendasi?

Mengapa pada 30 tahun yang lalu, misalnya, kita tidak membutuhkan niche atau rekomendasi? Karena kultur manusia sudah berubah. Jika dulu orang ingin ‘I want to be normal’, maka sekarang mereka menuntut ‘I want to be special’. Jika dulu mereka dipaksa menurut selera pasar, alias pasarlah yang mendikte, maka kini customer berbalik menjadi penguasa atas pasar. Customer-lah yang menciptakan pasar. Kita semua dapat mengeksplorasi selera kita tepat seperti yang kita inginkan. Jika dulu, pada jaman toko buku offline, berhubung keterbasan ruang untuk display, maka buku-buku yang best seller-lah yang menguasai ruangan. Kita tak punya pilihan lain. Namun sekarang, ketika biaya penyimpanan dalam bytes hampir nihil, ketersediaan itu menjadi berlimpah. Maka kita disuguhi pilihan yang tak terbatas. Karena melimpahnya pilihan itu, maka kita membutuhkan rekomendasi, yakni rekomendasi dari orang lain dengan kebutuhan dan kondisi yang sangat mirip dengan kita.

Maka, tak dapat dipungkiri bahwa kemajuan pesat teknologi membuat Long Tail tak dapat dihindari. Kultur niche akan menata ulang tatanan sosial kita. Orang-orang akan membentuk kembali kelompok berdasarkan minat yang tidak dipengaruhi lagi oleh kedekatan geografis serta kesamaan tempat kerja. Kalau dulu penduduk sebuah kota kecil dapat dipastikan membaca berita yang sama dari harian lokal yang sama, menonton acara televisi yang sama. Namun kini, anda dan anak anda bisa saja berada di ruang yang sama, namun sibuk dengan hal yang benar-benar berbeda.

Keberadaan blog adalah contoh bisnis yang menganut kultur niche. Seorang blogger bisa mengulas sesuatu niche dengan sangat fokus, berkebalikan dengan media massa yang harus menjangkau semua golongan, sehingga hanya berita-berita terhangat di semua niche-lah yang akan di-cover. Itulah sebabnya blog merupakan ancaman serius bagi industri media.

Lalu bagaimana dengan anda, siapkah anda mengantisipasi ledakan Long Tail ini bagi karir maupun bisnis anda? Hanya anda yang tahu. Yang jelas, bagi yang sedang atau sudah menekuni internet marketing, aku pikir kita sudah berada di jalan yang tepat!
»»  Silakan baca kelanjutannya

17 April 2009

Skill UPGRADE

Seorang teman yang kebetulan seorang pengusaha, suatu hari bertemu dengan saya. Kebetulan beliau adalah pemilik authorized dealer salah satu merek kendaraan roda empat.

Beliau bercerita bahwa saat ini lagi berencana merenovasi tempat usahanya yang kebetulan berada di kawasan Undaan, Surabaya. Beliau bilang, dealer mobil miliknya itu sudah waktunya dirombak penampilannya. Model bangunan dan etalase depannya sudah terlalu kuno dan tidak terawat.

Tentu saja, saya ikut menimpali. Bila dibandingkan dengan showroom2 mobil lain yang belakangan bermunculan di kota ini. Jelas showroom milik teman saya ini tampak ketinggalan jaman. Belum lagi personel yang melayani calon pembeli di bagian depan, sudah lanjut usia, kuno dan kelihatan ogah2an.

Mendengar komentar saya, beliau kelihatan kurang terima. Mereka ini sudah ikut saya lama, sudah berjasa dan sudah bekerja belasan tahun, begitulah dia mencoba membela keberadaan anak buahnya.

Tetapi sayang, saya tetap berusaha memberinya pengertian. Coba seandainya kita letakkan posisi sebagai calon pembeli yang hendak membelanjakan uang untuk sebuah mobil. Sudah barang tentu saya akan memilih showroom yang nyaman, mewah, harga bagus, disediain kopi panas gratis barangkali dan disambut oleh sales executive yang berpenampilan menarik, supel dan mahir mengkomunikasikan harapan calon pembeli.

Teman saya baru tersadar, dan mengakui penampilan kurang menjual para karyawan lamanya yang berjajar di counter depan. "Mereka memang tidak lagi begitu memperhatikan penampilan, tidak lagi mengikuti perkembangan teknologi". Dan sudah pasti, mereka juga kurang mengupgrade kemampuan berkomunikasi dengan pelanggan.

Melihat kenyataan di atas, rasanya kita baru sadar, banyak juga di antara kita yang juga terjebak dalam situasi tersebut; Usia yang sudah gak muda lagi, masa kerja yang cukup lama, tidak ada peningkatan karir, gaji yang mungkin saja pas2an, kerja hanya mengikuti rutinitas saja, malas untuk kembali belajar, malas mengikuti perkembangan jaman, malas mengikuti teknologi dan terakhir malas merawat penampilan.

Pada akhirnya, orang2 macam ini pasti akan tersingkir dengan mudah oleh yang muda2. Kunci utama untuk mempertahankan eksistensi kita adalah dengan meng-upgrade skill kita

Mungkin saja kita masih bisa terlena pengalaman hidup kita di masa2 lalu yang tentu lebih kenyang dibanding dengan para generasi muda, terlalu bangga dengan jasa2 kita di masa2 lalu ataupun posisi karir kita yang mungkin sudah cukup lumayan saat ini. Tetapi, tanpa meng-update pengetahuan, kemampuan dan motivasi dengan sesuatu yang selalu baru, maka bersiaplah untuk disingkirkan.
»»  Silakan baca kelanjutannya

17 Februari 2009

Membangun RASA PERCAYA DIRI

Mungkin jarang yang menyadari, bahwa salah satu modal penting seorang salesman adalah rasa percaya diri. Ada sebuah pendapat, sebelum mulai menjual sebuah produk, seorang salesman harus mampu "menjual" dirinya terlebih dahulu. Artinya, bagian penting dari sebuah seni menjual adalah bagaimana kita membuat calon pembeli lebih dulu menyukai dan percaya pada si penjual. Oleh sebab itu, seorang salesman wajib memiliki rasa percaya diri sebelum membuat orang lain percaya kepadanya.

Di bawah ini adalah resep untuk membangun rasa percaya diri, dari buku Sukses Memotivasi karangan Richard Denny...

Hindari Mencari Alasan
Begitu banyak orang mengurungkan niat mereka dengan mengajukan alasan yang tidak masuk akal dan samasekali salah, seperti; saya tidak bisa, saya tidak mampu sebab..., pendidikan saya belum memadai, saya sudah terlalu tua, saya masih terlalu muda, dan lain-lain...

Siapapun dapat mencari alasan untuk segala macam perkara. Sebuah alasan mungkin untuk sementara bisa menyenangkan dan menentramkan hati, tetapi alasan-alasan hanya akan menghamabat seseoarang dari pencapaian sasaran. Ingatlah bahwa otak kita adalah kawasan penyimpanan -- apa yang kita masukkan pada gilirannya akan keluar lagi, jadi gantilah penyisipan hal-hal negatif dengan hal-hal positif.

Gunakan Daya Imajinasi
Otak dengan kapasitasnya yang tidak terbatas dapat membantu kita dengan tanpa batasan untuk mencapai ambisi hidup, hanya jika kita memberinya kesempatan. Biarkan dia menggambarkan diri kita sebagai pribadi yang kita inginkan. Gambarkan wujud yang anda inginkan dengan jelas. Semakin kita memikirkan itu semua, semakin besar kepastian akan suatu hasil yang positif.

Jika anda secara terus menerus membiarkan pikiran ini dipenuhi dengan bermacam-macam pemikiran mengenai penyakit dan kesehatan yang buruk, hampir dipastikan anda akan mengalami penyakit yang anda pikirkan itu. Sama halnya, jika kita terus menerus memikirkan hasil negatif tentang pergaulan atau karier bisnis, pemikiran itu pada gilirannya akan mengakar dalam diri kita.

Maka dalam proses membangun kepercayaan diri melalui daya imajinasi otak, pentinglah untuk menjadi yakin bahwa apa yang sedang kita pikirkan dan lihat dengan jelas adalah hal yang positif. Hal yang positif itu harus memungkinkan kesan positif pada diri kita dan peningkatannya, serta pemikiran positif itu harus mengarah ke target kita, cita-cita dan kebahagiaan dalam hidup.

Jangan Takut Gagal
Kegagalan telah mengahalangi begitu banyak orang. Sehingga mereka mundur sebelum mencoba, sebelum berbuat atau sebelum meraih keberhasilan. Sebab mereka tidak mampu menerima terminologi dimana ada kemungkinan untuk gagal. Sebagian orang benar-benar tidak pernah mencoba sesuatupun sebab rasa takut gagal ini telah menguasai otak mereka selama bertahun-tahun. Setiap hari mereka memikirkan kegagalan ini sehingga mereka tidak pernah sungguh-sungguh melakukan sesuatu dan pada akhirnya mereka tidak percaya diri dan penuh keraguan.

Seseorang yang takut tenggelam, tidak pernah akan bisa berenang

Penampilan Membentuk Kepercayaan Diri
Penampilan luar memang bukan segalanya. Tetapi, terkadang perlu untuk membelanjakan uang demi penampilan luar yang menarik. Sebab, dengan penampilan luar yang menarik memberi kesempatan yang ada dalam diri kita untuk merasa baik.

Susunlah Catatan Mengenai Sukses Yang Diperoleh
Setiap orang pasti pernah mencapai sukses dalam hidupnya. Cara mengumpulkan catatan sukses masa lalu sangat sederhana. Pikirkan balik sukses anda yang paling awal yang mungkin terjadi pada masa sekolah, ketika memenangkan lomba balap kelereng atau balap karung. Mungkin juga berawal dari ucapan selamat ketika memenangkan lomba mengambar atau melukis. Ini bisa dilakukan secara lisan pada suatu audio kaset atau buku catatan. Anda bisa melihat kembali catatan dan memperbaharui aset paling berharga Anda dengan kenangan akan sukses tersebut.

Motivasi hanya dapat mengabadikan diri berdasarkan harapan. Untuk memotivasi diri, seseorang harus memiliki harapan tentang sebuah masa depan. Oleh karena itu dalam memotivasi diri seseorang bertanggung jawab untuk menciptakan sendiri harapannya.
»»  Silakan baca kelanjutannya

12 Februari 2009

Entertain

Entertain
Sebenarnya apakah hubungan entertain dengan peningkatan penjualan? Semula saya tidak menyadari keterkaitan di antara keduanya. Beberapa perusahaan bahkan menganggarkan budget yang tidak sedikit hanya untuk mengentertain customernya.

Sebenarnya, banyak banget yang bisa dikategorikan entertaining customer. Mulai dari undangan dinner, pemberian hadiah sampai dengan yang lebih menjurus ke tempat-tempat lampu merah. Tetapi kelihatannya, pilihan terakhirlah yang paling ampuh dalam hal lobby-melobby customer.

Kebetulan pengalaman kerja saya adalah kegiatan menjual dan memasarkan produk melalui dealer. Pernah suatu ketika, saya kebagian tugas di area baru. Saya menghadapi salah satu customer berprospek yang biasanya mampu menyumbangkan omzet yang tidak main-main. Tetapi sayangnya saya tidak mampu mendapatkan hasil maksimal dari customer tersebut. Orderan selalu datang hanya ketika senior saya yang turun tangan, sementara saya hanya bisa berdiri di luar lingkaran, tanpa bisa berperan besar pada apa yang seharusnya menjadi tugas saya.

Namun, keadaan berbalik, ketika suatu saat kami sama-sama menghadiri dealer gathering di kantor pusat yang kemudian berlanjut ke acara entertain di sebuah tempat hiburan malam. Tidak perlu dijelaskan, apa saja yang kita lakukan sama-sama waktu itu. Hampir dipastikan, kami sama-sama menikmati acara gila-gilaan di tempat tersebut.

Sejak saat itu, kami jadi akrab, lebih saling mengenal secara pribadi, orderan meningkat dan semua menjadi lancar...

Sudah bukan rahasia lagi, bahwa entertain customer di tempat-tempat seperti night club, diskotik, karaoke, spa sampai dengan tempat-tempat yang lebih terlarang seringkali menjadi andalan untuk meningkatkan hubungan yang lebih erat dengan customer.

Saya pernah mendengar, salah satu perusahaan kompetitor selalu tidak pernah melupakan kegiatan seperti ini dari daftar acara pada setiap gathering dengan para dealer mereka.

Kelihatannya, pengalaman kebersamaan dalam menikmati kegiatan-kegiatan negatif seperti itu, justru membuat hubungan dengan customer semakin personal. Tak heran bila deal-deal besar seringkali malahan terjadi di tempat-tempat semacam itu.

Tentu saja, hal tersebut bukan faktor utama keberhasilan dalam melobby customer. Tetapi, kecenderungan yang terjadi adalah yang paling sering dimanfaatkan oleh banyak pelaku bisnis.

Pilihan terserah anda...
»»  Silakan baca kelanjutannya

22 Desember 2008

PENOLAKAN

Seorang salesman hebat dimanapun pasti pernah mengalami sebuah penolakan. Dan tidak sedikit yang kemudian salesman yang mengalami kejadian itu harus membanting haluan untuk meneruskan profesi sales mereka. Dan bahkan dalam setiap kesempatan interview mereka kalau boleh memilih selalu berharap bukan melamar untuk menjadi salesman, sayangnya mereka tidak bisa memilih.

Penolakan, mungkin sebenarnya musuh terberat seorang salesman. Seorang salesman yang dalam 3 hari aja tidak mendapatkan order, karena seringnya penolakan pasti akan menjadi kurang termotivasi dan akhirnya terserang penyakit "muntaber" (sedikit meminjam istilah yang dipakai bisnis MLM) alias Mundur Tanpa Berita.

Penolakan, masih akan sering terjadi namun setidaknya kita harus belajar untuk tidak mengulang kejadian yang sama. Beberapa hal yang melatar belakangi kenapa mereka menolak penawaran kita:

Kurang Informasi, Bisa saja informasi yang kita jelaskan belum menyentuh apa yang mereka inginkan. Banyak kejadian pada presentasi awal, salesman memaksa untuk closing namun tidak memperhatikan banyak hal yang mereka inginkan. Presentasi awal adalah jalan untuk menemukan follow up berikutnya, apalagi kalau produk yang kita tawarkan adalah produk yang bersifat spesifik.

Terganggu Zona Kenyamanannya, seorang yang sudah mindet banget dengar produk yang selama ini dia pakai, tentu akan cenderung mempertahankan (memuji) produk yang dia pakai. Semakin kita menekan untuk membeli produk kita, bisa-bisa kita akan diajak main taruhan tentang kualitas produk dengan emosional.

Seseorang yang sudah sangat loyal sebagai pemakai salah satu produk competitor tentu diperlukan strategi khusus untuk menarik minat mereka. Terlebih produk kita adalah produk baru yang baru launching, diperlukan banyak data pendukung dan waktu yang relatife lebih untuk memberikan informasi yang sangat lengkap.

Namun kita harus tetap optimis dan tetap melakukan improvisasi dalam melakukan pendekatan, terkadang ikut naik, standar, atau turun sedikit untuk kemudian membuat manuver ( kayak mau perang aja ya…). Pasti deh mereka masih bisa kok berubah arah setelah mendapat penjelasan kita (tentunya dengan follow up, diskusi dengan antusias).

Referensi dari artikel Sales Development and Trainer Forum
»»  Silakan baca kelanjutannya